Himpunan Mahasiswa Islam atau
yang disingkat HMI merupakan sebuah organisasi mahasiswa yang sangat terang
benderang menjadikan Islam sebagai sebuah alasan untuk berkumpul. Namun
demikian, banyak diantara masyarakat yang mengerutkan dahi karena pikirannya
dipenuhi dengan berbagaimacam pertanyaan tentang jenis Islam manakah yang HMI
ikuti? Dan termasuk di jajaran golongan Islam yang manakah HMI berdiri? Lalu
pertanyaannya kembali bertambah tentang apakah Islam di HMI termasuk Islam
garis keras atau Islam konservatif.
Jika benar para pembaca tertarik
dengan jawabannya, maka penulis akan memberikan sebuah narasi tentang pemahaman
ke-Islam-annya HMI sehingga para pembaca bisa merenungkan dan menyimpulkannya
sendiri. Berikut adalah narasinya.
Nabi Muhammad SAW adalah seorang
manusia yang dikirim Allah SWT ketika zaman jahiliyah dahulu. Zaman jahiliyah
adalah zaman yang sangat pekat dengan politeisme dan tidak adanya peri
kemanusiaan yang adil dan beradab. Akibat adanya politeisme dan perbudakan
itulah maka manusia sulit sekali untuk berkembang dan menjalani tugas
sejarahnya sebagai khalifah di muka bumi. Menyikapi hal tersebut maka Allah SWT
selain memperkenalkan diri (melalui perantaraan Rosululloh) juga memberikan
petunjuknya yang agung melalui Al Qur’an yang berisi ilmu pengetahuan. Melalui
perkenalan diriNya beserta Al Qur’an, Allah SWT seolah menyeru kepada segenap
ummat manusia bahwa tidak ada tuhan lagi selain Allah SWT. Maka dari itu,
berlomba-lombalah untuk mencari karunia Allah SWT yang tersimpan di segenap
alam ciptaannya. Termasuk jangan ragu lagi untuk meneliti pohon-pohon besar,
sapi-sapi, dan patung-patung yang dahulu nenek moyang kita pertuhankan. Untuk
mempermudah kerja manusia tersebut maka Allah SWT menurunkan Al Quran sebagai
sebuah alat baca dalam aktivitas kerja manusia sehingga terjadi keharmonisan
dan kemakmuran.
Perkenalan Allah SWT (konsep
tauhid) dan ilmu pengetahuan (Al Qur’an yang diiringi oleh Al Hadits) inilah
yang kemudian mampu melintasi lorong zaman sebagai sebuah pelita tentang
cita-cita kehidupan yang damai, harmonis dan sejahtera. Melalui konsep tauhid
dengan diiringi ilmu pengetahuan, maka kemudian manusia bukan hanya digiring
untuk memiliki kemerdekaan hidup tetapi juga digiring untuk bisa terus
meningkatkan kualitas hidupnya. Maka tidaklah heran ketika dahulu pada zaman perjuangan
meraih kemerdekaan, Islam menjadi leader semangat kemerdekaan bersama dengan
nasionalis dan marxis. Bahkan setelah kemerdekaan, Islam senantiasa mengawal
stabilitas Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk selalu berada di jalur yang
benar meletakkan fungsi negara sebagai tempat bernaung yang aman bagi seluruh warganya
dan sesama manusia lainnya sehingga bisa dengan leluasa untuk memenuhi tugas
sejarahnya sebagai pemimpin di muka bumi.
Semangat tauhid dan ilmu
pengetahuan inilah yang kemudian juga mengilhami ruh Himpunan Mahasiswa Islam
(HMI). HMI berkeyakinan bahwa hanya dengan ilmu pengetahuanlah manusia akan
bisa tercerahkan hidupnya, dan hanya dengan bergantung kepada Allah SWT lah manusia
akan benar-benar terbebas dari belenggu perbudakan yang membatasi kodrat
kemanusiaan. Di HMI, Islam tidak hanya dipandang sebagai rutinitas ibadah fisik,
namun lebih dari itu bahwa aktiftas ibadah fisik itu harus bisa terimplementasi
kepada kehidupan nyata di masyarakat. Oleh karena itu maka di HMI, para
anggotanya dibiasakan dengan aktivitas memberi (baik dalam bentuk pemikiran, waktu,
materi, atau tenaga). Sebab pada hakikatnya, kemuliaan hidup itu terletak pada kekuatan
memberi.
Melalui alam pemikiran tauhid dan
ilmu pengetahuan inilah maka HMI tidaklah mengidentikkan dirinya dengan salah
satu golongan atau aliran. HMI mengharapkan bahwa yang NU tetaplah bangga
dengan ke-NU-annya, yang muhammadiyah tetaplah bangga dengan ke-Muhammadiyah-annya,
dan yang bukan termasuk ke dalam keduanya juga tetaplah bisa saling menghormati
dan mengayomi. Mau apapun golongan atau aliran Islamnya maka ketika masuk di
HMI mereka harus menambah berpuluh-puluh bahkan beratus kali lipat semangat
ketauhidan dan kecintaan terhadap ilmu. Mereka harus sadar sesadar-sadarnya
bahwa hanya dengan ilmu pengetahuan dan alam pikiran yang tebukalah ummat Islam
akan kembali berjaya menjadi motor penggerak peradaban yang sampai saat ini
kita belum tahu dimana titik ujungnya. Kemudian dengan ilmunya tersebut para
generasi muda Islam ini menjadi renaissance paedagogie, yaitu yang akan
memberikan pendidikan kepada masyarakat agar masyarakat lebih baik lagi.
Jiwa yang bertauhid (yang
melahirkan rasa syukur dan ikhlas), alam pikiran yang terbuka, ditambah punya
kemampuan untuk berjuang inilah yang kemudian HMI jabarkan dalam butir
tujuannya yang berbunyi “Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang
bernafaskan Islam, dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur
yang diridhoi Allah SWT” . Yang kemudian diperas lagi menjadi ilmu, iman, dan
amal. Bahagia HMI, yakin usaha sampai (Yakusa).
Qiki Qilang Syachbudy
Ketum HMI Cabang Bogor Periode 2013 – 2014
Komentar
Posting Komentar