Langsung ke konten utama

Potong Generasi Politikus Rakus!

Letih dan jengah adalah dua perasaan yang mendominasi ketika melihat dunia politik tanah air. Perebutan kekuasaan merupakan domain pasti dalam setiap momen politik. Partai politik sudah kian kabur tujuan ideologinya. Tak jelas arah dan orientasinya. Kegaduhan terjadi hampir di setiap lini, entah di tingkat internal maupun eksternal. Wajar jika kemudian fenomena ini menghasilkan banjir pesimis dan arus ketidakpercayaan masyarakat kepadanya.

Padahal keberadaan parpol, sangat diyakini bisa menjembatani kepentingan rakyat terhadap pemerintah, karena parpol adalah corong aspirasi rakyat. Kepentingan yang memang berangkat dari pijakan akar rumput. Sudah sepatutnya, parpol menjadi perantara ide yang diinginkan masyarakat agar kemudian bisa dirumuskan dalam bentuk kebijakan. 

Agar pemerintah dapat menjalankan tugasnya dengan baik, melalui parpol rakyat diharapkan bisa menyumbangkan putra-putri terbaiknya. Namun kenyataannya, parpol penuh dengan unsur nepotisme dan politik uang. Siapa pun bisa menjadi duta parpol, tidak musti yang terbaik, asalkan dia punya harta berlimpah, semuanya bisa.

Berpolitik demi memajukan masyarakat agar memperoleh kesejahteraan, agaknya sudah mulai ditinggalkan. Tak ada lagi cerita politikus negarawan yang peduli rakyat, rela mengorbankan jiwa raga demi memajukan bangsa dan negara, yang ada hanyalah politikus rakus yang  berjuang atas nama golongan dan individu. Mengeluarkan modal agar meraup untung yang lebih besar. Padahal politik tidak hanya berbicara kekuasaan, apalagi sekedar prospek bisnis. 

Kita bisa melihat janji-janji politisi kepada masyarakat, meluap begitu saja usai prosesi serah terima jabatan. Sungguh pergeseran nilai politik yang kian mengkhawatirkan. Bahkan ada kesan, sah-sah saja-jika politikus itu tidak menepati janjinya dulu, saat kampanye.

Padahal politik adalah gerak kehidupan. Proses agar selalu sadar untuk melakukan perbaikan. Sadar jika masih banyak masyarakat yang belum punya penghidupan, tak bekerja, bergelut dengan kebodohan dan sekelumit permasalahan lainnya. Inilah yang musti jadi pijakan dari setiap gerakan politik.

Jika para politikus selalu mengobral janji yang miskin realisasi, ucapan yang tidak selaras dengan perbuatan, sudah tak lagi mempunyai bahasa wibawa, apa yang akan terjadi pada bangsa kita ini. Bagaimana pun juga, indonesia hari ini masih terus berjuang melawan belenggu tipu-menipu para awak yang menungganginya. Perbuatan yang bersumber dari kepongahan para elit politik dengan janji selangit itu. Haruskah ada gerakan potong generasi politikus era ini? Semoga segera berbenah!

Oleh Joni Iskandar
Sebagai Mide Formateur 
HMI Cabang Bogor 2015-2016

Komentar

Postingan populer dari blog ini

APA DAN BAGAIMANA SETELAH MASUK HMI? (Sesi Wawancara dengan Ketum HMI Cabang Bogor)

                    Pada kesempatan ini kami sengaja kembali menghadirkan sesi wawancara khusus dengan ketua umum HMI Cabang Bogor periode 2013-2014, Bang Qiki Qilang Syachbudy. Wawancara ini sengaja dilakukan karena banyaknya pertanyaan baik dari kader ataupun masyarakat umum tentang apa dan bagaimana yang harus dilakukan setelah menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Berikut adalah wawancaranya.

HMI-WAN BOGOR TERIMA APRESIASI DARI IPB SEBAGAI INOVATOR

BOGOR – Putra Ansa Gaora, HMI-wan asal Cabang Bogor bersama tim menerima anugerah berupa penghargaan dan apresiasi lewat inovasi "Jakarta Anti Galau" (JAGAU) yang dibuat bersama tim, yakni  M Prayoga Sunandar, M Joffy Mahardika dan Andri Nur Rachman. Inovasi ini berhasil menjadi salah satu dari 109 Inovasi Indonesia 2017 109 Inovasi Indonesia ini sendiri dikeluarkan oleh Business Innovation Center (BIC). Apresiasi untuk inovator IPB dilaksanakan di IPB Convention Center (ICC), Bogor (10/12/2017). Ansa yang juga menjabat sebagai Ketum komisariat Diploma IPB ini juga mengatakan, dia dan tim sempat kaget ketika menerima pengumuman karena melihat karya yang lulus hanya tim mereka yang dari kalangan mahasiswa selebihnya adalah karya dosen, baik yang sudah bergelar Profesor maupun Doktor. "Karya kami yang masih belum seberapa ini dapat bersaing dengan inovasi dan hasil penelitian yang dilakukan oleh profesor dan doktor. Apalagi inovasi tim kecil yang masih haru...

Melacak Perpecahan HMI Dipo Dan HMI MPO

sumber:  www.gemaislam.com Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) adalah sebuah organisasi yang didirikan oleh Lafran Pane dan kawan kawan pada tahun 1947 yang dilatar belakangi rasa keprihatinan melihat umat islam dan bangsa yang terkotak-kotak dalam beberapa golongan. Setidaknya ada 3 hal yang menjadi kata kunci menjelang lahirnya HMI, yakni umat, bangsa dan mahasiswa.