Langsung ke konten utama

Menakar Kuliah Online



Tujuan dari pendidikan adalah menciptakan kaum terdidik yang berkepribadian kemanusiaan. Singkatnya, manusia yang bisa memanusia-kan manusia. Pendidikan menjadi indikator bagi perkembangan peradaban suatu bangsa, karena di dalamnya pasti ada perkembangan ilmu pengetahuan dan inovasi demi mencapai perbaikan kehidupan suatu bangsa. Maka wajar jika pendidikan, mengutip UUD 1945 pasal 28, “ialah hak setiap warga negara”.

Pemerataan pendidikan dan kesempatan untuk memperolehnya, menjadi sebuah entitas hasil pengejawantahan dari negara demokrasi yang tidak bisa terelakkan. Dimana ilmu pengetahuan menjadi hak setiap warga negara dan informasi merupakan harga mati dalam memaknai demokrasi.

Bicara tentang pemerataan pendidikan dengan konteks bangsa Indonesia, tentu bukan perkara gampang. Apalagi jika itu hanya dibebankan kepada segelintir aparatur negara. Harus ada kemauan dari segenap warga negara untuk berpartisipasi. Tidak cuma berhenti di kata, tapi juga berlanjut membumikannya dalam fakta. Benar apa yang disampaikan Anies Baswedan, tidak sebatas urun angan, lebih dari itu-kita harus turun tangan.

Di zaman globalisasi ini, segala sesuatu bergerak begitu cepat. Ditandai dengan pergerakan teknologi dan informasi yang semakin canggih. Dunia bagai tanpa sekat ruang dan waktu. Dan keadaan inilah yang memaksa kita untuk menyesuaikan diri, bila tidak mau ketinggalan. Begitupun dalam hal pendidikan, proses belajar mengajar di abad modern, lambat laun akan menyesuaikan diri, bila tidak mau dikatakan berevolusi.

Teknologi, informasi, dan komunikasi menjadi basis mutlak dalam pengembangan pendidikan. Salah satunya dengan pengadaan kuliah online. Beberapa universitas Negara maju sudah jauh hari menyadari hal ini. Harvard sebagai universitas terbaik kelas dunia yang berada di Inggris sudah menerapkan kuliah online semenjak 2012 silam. Hal serupa juga telah dilakukan kampus kelas dunia lainnya seperti Universitas Yale, Universitas Cambrige, dan berbagai Universitas terbaik lainnya yang notabene adalah universitas swasta. Seperti dilansir koran harian nasional Tempo, Minggu (4/8/2013)

Bagaimana dengan Indonesia? Kita patut berbangga hati. Setidaknya, kita tidak begitu tertinggal jauh dengan universitas kelas dunia diatas. Terhitung sudah ada 5 universitas di Indonesia yang menerapkan kuliah online, yakni UGM, UI, ITB, ITS, dan Binus sebagaimana disampaikan dalam website resmi universitas UGM, Rabu (15/10/2014). 

Kelima universitas ini diharapkan menjadi pilot project dalam mengembangkan kuliah online, untuk kemudian menyebarkan semangat serupa pada kampus di seluruh Indonesia. Pemerintah selaku abdi rakyat harus mengerti betul bahwa inilah celah untuk memajukan pendidikan Indonesia. Salah satu gerakan pemerataan pendidikan, bagi seluruh warga negara. Sehingga pemerintah harus memupuk peluang ini dengan memberikan dukungan, baik berupa moril maupun materil. Bila perlu mewajibkan hal serupa ke seluruh kampus di Indonesia. Dengan demikian pendidikan bukan barang langkah lagi. Siapun bisa mengakses pengetahuan ‘ramuan ala universitas’ selagi ada koneksi internet.

Jika hal ini sudah dilakukan, bukan tidak mungkin tujuan untuk mencerdaskan bangsa akan bertemu akhirnya. Semoga!

Ketua Bidang Pembinaan Anggota
HMI Cabang Bogor Periode 2013-2014

Komentar

Postingan populer dari blog ini

APA DAN BAGAIMANA SETELAH MASUK HMI? (Sesi Wawancara dengan Ketum HMI Cabang Bogor)

                    Pada kesempatan ini kami sengaja kembali menghadirkan sesi wawancara khusus dengan ketua umum HMI Cabang Bogor periode 2013-2014, Bang Qiki Qilang Syachbudy. Wawancara ini sengaja dilakukan karena banyaknya pertanyaan baik dari kader ataupun masyarakat umum tentang apa dan bagaimana yang harus dilakukan setelah menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Berikut adalah wawancaranya.

Pilkada Kabupaten Bogor 2018, HMI Bersikap Netral

Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Bogor, Joni Iskandar, menyampaikan agar seluruh kader HMI cabang Bogor  bersikap netral dalam pemilihan kepala daerah serentak yang akan digelar pada Rabu, 27 Juni 2018. Ajakan tersebut disampaikan di Gedung Serbaguna Mahasiswa Islam (GSMI), sekretariat HMI Cabang Bogor, Selasa (26/06). "Kader HMI harus bersikap netral sebagai bentuk pengejawantahan independensi organisatoris. Tidak dibenarkan jika kader HMI melakukan komitmen dalam bentuk apapun dengan pihak luar, apalagi ikut andil dalam politik praktis memenangkan satu kandidat," ungkap Joni. Dalam kesempatan tersebut Joni juga meminta kepada seluruh penyelenggara pemilu dan pihak keamanan agar menjalankan kewajibannya sesuai amanat yang sudah diberikan. "Kami meminta kepada semua aparatur negara dan pihak keamanan  menjalankan tugasnya dengan baik dalam mengawal pemilu demi terwujudnya Pilkada damai dan bersih," pungkas Joni mengakhiri.

SEKOLAH MENULIS, ARISAN BACA, DAN FLD?

  Judul di atas memang menarik untuk dibahas pada kesempatan ini mengingat kita sama-sama tahu bahwa HMI Cabang Bogor harus terus eksis dalam mencetak kader-kader militan ummat dan bangsa.