Tanggal 24 April 2015 ini kami dengar akan
dilaksanakan Konferensi Cabang HMI Cabang Bogor ke-54 untuk melakukan prosesi
pergantian pengurus HMI Cabang Bogor Periode 2013-2014 ke pengurus HMI Cabang
Bogor Periode 2015-2016. Kegiatan perhelatan acara tahunan cabang tertinggi ini
akan digelar di GSMI dengan dihadiri oleh seluruh pengurus komisariat yang ada.
Di sela-sela kesibukannya mempersiapkan Konferensi Cabang, kami ajak Ketum HMI
Cabang Bogor, Sdr. Qiki Qilang Syachbudy, untuk berdiskusi santai seputar HMI
dan impian-impiannya mengenai HMI Cabang Bogor ke depan.
W: Selamat siang Bang. Bagaimana kabar anda saat ini?
Q: Alhamdulillah baik.
W: Oya bang, sebelumnya kami mengucapkan selamat atas
akan berakhirnya kepengurusan HMI Cabang Bogor Periode 2013-2014.
Q: Terima kasih.
W: Berbicara mengenai akan berakhirnya kepengurusan
ini, apa sebetulnya yang sudah dicapai dari kepengurusan periode ini?
Q: Tidak banyak. Tetapi saya kira kita sudah berbuat
yang terbaik yang bisa kami lakukan. Yang terpenting adalah bahwa sedikit
banyaknya, kepengurusan ini sudah bisa mengomunikasikan mengenai pentingnya
kader sebagai tujuan utama adanya pengurus HMI Cabang Bogor dan pentingnya kita
menggali lebih dalam potensi diri kita sendiri, kepercayaan diri organisasi.
W: Apa maksud Abang dari kader sebagai tujuan utama
dan kepercayaan diri organisasi?
Q: Begini analogi sempitnya... banyak orang yang
mengira secara sempit bahwa ber-HMI itu harus berkontribusi kepada masyarakat
dengan cara rame-rame melakukan “kerja bakti” dengan cara bawa bendera atau
bawa pacul dengan semangat turun ke masyarakat. Jika ada sebuah kebijakan
pemerintah yang salah maka HMI dicaci maki untuk turun bawa bendera di
jalan-jalan dengan semangat membela masyarakat, pro terhadap rakyat kecil, dan
sebagainya. Kemudian setelah adik-adik HMI ini turun jalan, maka mereka
ditepuk-tepuk punggungnya dan diberi pujian bahwa mereka sudah berada di jalan
yang benar, sudah berhasil pro kepada rakyat.
W: Apakah Abang tidak suka dan anti dengan aksi turun
jalan atau aksi turun ke masyarakat tersebut?
Q: Saya berbicara seperti itu bukan berarti saya anti
dengan demonstrasi atau turun ke masyarakat. Kalau Anda lihat di buku catatan
saya, saya selalu catat setiap kali saya demonstrasi beserta tanggalnya. Anda
akan lihat bahwa selama studi S1 saya hampir melakukan demo dua bulan sekali
baik yang demonnstrasinya dilakukan di HMI atau di luar HMI. Saya rasa tidak
ada yang salahnya dengan demonstrasi atau turun ke masyarakat, malah itu
menjadi suatu hal yang positif guna menyampaikan aspirasi dan melatih kader
untuk lebih percaya diri. Yang saya sesalkan adalah ketika demonstrasi itu
menjadi suatu parameter bagus atau tidaknya suatu kepengurusan cabang. Dan yang
saya sesalkan juga adalah ketika kita turun ke masyarakat, justru hal itu
membuat kader-kader kita ancur prestasi akademiknya. Kalau perlu kita dalam
satu tahun itu tidak ada demonstrasi atau tidak ada turun ke masyarakat,
asalkan pengkaderan tetap jalan. Saya sering berbicara ke kader-kader, “bahwa
sekiranya HMI ini hanya membuat nilai akademik adik-adik kecil, maka jangan
terlalu aktif di HMI”.
Sebab tujuan utama kita di HMI adalah untuk
membesarkan kader dengan cara menginstall nilai-nilai HMI ke dalam jiwa kader
sehingga jiwa-jiwa kader itu menjadi jiwa-jiwa yang sejahtera dan jiwa-jiwa
yang lapang dan besar. Sebab, nanti juga kader-kader itu akan bergerak sendiri
baik atas nama HMI atau bukan atas nama HMI dalam mengaplikasikan perenungannya
yang di dapat selama ber-HMI.
W: Jadi menurut Abang pengkaderan para kader-kader HMI
lah yang paling penting?
Q: Ya, itu yang paling wajib. Pengurus harus mampu
membekali para anggotanya bukan saja dengan nilai-nilai tauhid (nilai-nilai
batin) yang ada di HMI. Namun juga harus awas dan waspada dengan perkembangan
zaman. Mendampingi para kader dalam mewujudkan impiannya menjadi
manusia-manusia yang mampu menjadi gerbong kuat penarik masyarakat Indonesia,
untuk mengangkat harkat martabat bangsanya.
W: Apa bayangan ideal Abang tentang HMI Cabang Bogor
di level komisariat, cabang, dan alumni?
Q: Saya kira kondisinya sudah baik, tinggal dipertahankan saja. Seperti misalnya kita sudah terbiasa berpikir bahwa di HMI itu jangan terlalu menjelimet. Sederhana saja. Kita kan sama-sama orang sibuk. Kita sama-sama tahu ilmu masing-masing. Kita sama-sama satu guru. Kita sama-sama orang perantauan yang harus hidup di tanah orang. Kita sudah terbiasa saling rukun, saling menghargai, saling meringankan, saling membesarkan, saling membangun, saling bersilaturraHMI. Sesekali kita harus berbeda pendapat itu boleh. Wong dengan ibu kandung saja kita kadang beda pendapat, asal jangan sakit hati (an). Kalau semuanya berpikir besar dan berpikir ringan maka semua jalan rezeki akan terbuka.
W: Lalu bayangan ideal Abang mengenai aktifitas
perkaderan di HMI dari level komisariat sampai cabang seperti apa?
Q: Begini, pada intinya HMI ada untuk mempermudah
kader dalam proses studinya dan memberikan tambahan nilai-nilai dan soft skill
sehingga kader memiliki keunggulan dibanding mahasiswa lain yang memungkinkan
kader kemudian bisa berkarya lebih banyak dan karyanya lebih berkualitas. Tidak
hanya sekedar menjadi tenaga kerja yang baik.
Q: Menurut saya, pola pengkaderannya harus
disederhanakan dan dibuat langsung kepada substansinya.
W: Maksud Anda?
Q: Begini, kasarnya, kegiatan di komisariat itu cukup
dengan mengadakan LK I saja, TITIK. Sementara itu, Cabang, selain mengadakan LK
2 dan LKK, juga membekali para kader dengan kemampuan menulis (SEKOLAH MENULIS
HMI); kemampuan berdiskusi (ARISAN BACA); dan kemampuan bahasa (FOREIGN
LANGUAGE DEPARTEMENT). Kita lupakan sajalah mengenai kegiatan event organizer
berupa seminar nasional atau mengundang tokoh nasional. Toh ternyata
kanda-kanda kita di cabang Bogor saya rasa setaraf dengan tokoh-tokoh nasional.
Kita harus didik kader kita ini supaya bisa berpikir jauh ke depan menerobos
lorong waktu beberapa ratus tahun ke depan. Berpikir bukan saja untuk
Indonesia, bukan saja untuk Islam, tetapi untuk semua ummat dan makhluk di alam
ini. Saya kadang berkhayal, jikapun nanti orang Indonesia ada yang mendapatkan
Penghargaan Nobel, maka orang pertama itu adalah kader HMI.
W: Apakah Anda optimis bisa?
Q: Saya rasa dengan semangat bersyukur dan ikhlas kita
bisa. Ditambah dengan kerja bersama segenap kader HMI.
W: Terima kasih bang atas waktunya.
Q: Iya sama-sama.
Demikianlah para pembaca hasil wawancara dengan
Sdr. Qiki Qilang Syachbudy, Ketum HMI Cabang Bogor Periode 2013-2014. Semoga
terinspirasi. Yakin Usaha Sampai. (W)
Yakusa!
BalasHapus