Langsung ke konten utama

Meretas Kebuntuan dalam Ber-HMI

jejaksejarah.weebly.com

HMI adalah organisasi perkaderan yang independen sejak berdirinya hingga sekarang. Sehingga menjadi sebuah keharusan bagi kader untuk menjaga kemurnian dari kontaminasi apapun agar tetap bisa berfikir secara  jernih dan  menjaga objektifitas di tengah masyarakat yang plural (bhinika). Output perkaderan HMI adalah munculnya kader umat dan kader bangsa yang bertindak berdasarakan mindset ke-islaman, ke-Indonesian, dan ke-mahasiswaan. Maksud dari bersifat independen adalah tidak terkooptasi oleh kepentingan apapun selain kebenaran dan keadilan. Dalam banyak hal, kader yang independen adalah mereka yang bertindak dan berbuat secara profesional dan idealisme. Serta berdasarkan moralitas. Sedangkan yang dimaksud dengan kader yang ber-mindset keislaman, keindonesiaan dan kemahasiswaan adalah sosok kader yang kritis, mampu berfikir secara kopherensif yang didasarkan pada nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan dalam rangka turut andil mengambil peran untuk menciptkan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT.


Dengan memposisikan HMI sebagai oragnisasi independen yang ber-mindset keislaman, keindonesiaan dan kemahasiswaan, berarti secara tidak langsung ada tuntutan agar HMI selalu menyatu dengan realitas, sehingga mau tidak mau HMI harus selalu bersikap dinamis menghadapi perkembangan zaman sekaligus masyarakat yang ada di dalamnya. Hal ini sesuai dengan filosofi kepala yang berbentuk bulat, selalu berfikir dinamis dan anti stagnan ketika menemui permasalahan. Karenanya, kader HMI terus digembleng melalui latihan kader dan kegiatan pengembangan diri agar mampu menjawab realitas tersebut. Atau yang dalam bahasa Solichin disebut dengan Kawah Candradimuka Mahasiswa. Di antara pelatihan-pelatihan itu ada Senior Course, LK 1, LK 2, LK 3, lokakrya perkaderan dan kegiatan lainnya. Yang diformulasikan tak lain tak bukan agar HMI menjadi sumbu pemantik dari perubahan-perubahan dan progresif dalam memaknai perkembangan zaman.

Perhatian HMI yang amat dominan terhadap aspek perkaderan disebabkan karena memang pada dasarnya Khittoh dari HMI berfungsi sebagai organisasi kader. Makanya ketika HMI sudah mulai menemui kebuntuan dalam ber-HMI hendakya kembali pada pangkal jalan semula, yakni organisasi perkaderan. Arah pekaderan HMI tergambar dengan rinci dalam tujuan HMI, yaitu terbinanya insan akademis, pencipta,  pengabdi yang bernafaskan islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur diridhoi Allah SWT. Bertolak dari landasan, arah dan tujuan perkaderan, maka semua itu mengarah pada satu muara, yakni  terbinanya sosok kader yang handal, professional, dan bermoral dengan kekuatan intelaktualitas dan keimanan yang tinggi. (Muslim Intelektual dan Profesional yang dijadikan sebagai tagline HMI)

Kurikulum HMI yang sekarang merupakan hasil dari perbaikan-perbaikan yang dilakukan semenjak berdirinya HMI pada tahun 1947. Sehingga Kurikulum yang muncul adalah memang betul yang difomulasikan sesuai kebutuhan kader. Jadi ketika terjadi kebuntuan dalam ber-HMI, nampaknya kita harus coba kembali menengok arah, sejarah dan tujuan dari para pendahulu kita, ketika membentuk himpunan ini. Parkaderan merupakan kegiatan fital dalam HMI. Sehingga focus yang harus kita lakukan hendaknya kembali menghidupkan jenjang perkaderan dalam HMI agar kita tahu dan mampu memaknai proses-proses yang kita lalui dalam ber-HMI. Ketika kita bingung, menemui kebuntuan atau mungkin mandul aktifitas dalam ber-HMI, maka kita harus kembali pada persimpagan jalan (Khittoh). Budaya membaca, menulis, dan diskusi sebagai denyut nadi perkaderan HMI harus terus dipelihara dan dilakoni secara istiqomah. Sehingga nantinya akan muncul Gatutkaca modern hasil dari tempahan kawah candradimuka mahasiswa ini.

Sumber Pustaka, HMI Candradimuka Mahasiswa.
Sumber gambar putrikharizta.blogspot.com 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

APA DAN BAGAIMANA SETELAH MASUK HMI? (Sesi Wawancara dengan Ketum HMI Cabang Bogor)

                    Pada kesempatan ini kami sengaja kembali menghadirkan sesi wawancara khusus dengan ketua umum HMI Cabang Bogor periode 2013-2014, Bang Qiki Qilang Syachbudy. Wawancara ini sengaja dilakukan karena banyaknya pertanyaan baik dari kader ataupun masyarakat umum tentang apa dan bagaimana yang harus dilakukan setelah menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Berikut adalah wawancaranya.

Pilkada Kabupaten Bogor 2018, HMI Bersikap Netral

Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Bogor, Joni Iskandar, menyampaikan agar seluruh kader HMI cabang Bogor  bersikap netral dalam pemilihan kepala daerah serentak yang akan digelar pada Rabu, 27 Juni 2018. Ajakan tersebut disampaikan di Gedung Serbaguna Mahasiswa Islam (GSMI), sekretariat HMI Cabang Bogor, Selasa (26/06). "Kader HMI harus bersikap netral sebagai bentuk pengejawantahan independensi organisatoris. Tidak dibenarkan jika kader HMI melakukan komitmen dalam bentuk apapun dengan pihak luar, apalagi ikut andil dalam politik praktis memenangkan satu kandidat," ungkap Joni. Dalam kesempatan tersebut Joni juga meminta kepada seluruh penyelenggara pemilu dan pihak keamanan agar menjalankan kewajibannya sesuai amanat yang sudah diberikan. "Kami meminta kepada semua aparatur negara dan pihak keamanan  menjalankan tugasnya dengan baik dalam mengawal pemilu demi terwujudnya Pilkada damai dan bersih," pungkas Joni mengakhiri.

SEKOLAH MENULIS, ARISAN BACA, DAN FLD?

  Judul di atas memang menarik untuk dibahas pada kesempatan ini mengingat kita sama-sama tahu bahwa HMI Cabang Bogor harus terus eksis dalam mencetak kader-kader militan ummat dan bangsa.