Sumber: |
Sebagai sebuah agama, islam telah berhasil memberikan pengaruh yang
sangat besar terhadap kemajuan masyarakat dunia. Ajaran yang dahulu dibawa oleh
rosul yang ummi itu kini telah berhasil mempengaruhi berbagai macam aspek
keilmuan di berbagai bidang. Bahkan kemudian sejarah telah membuktikan bahwa
semangat kemajuan islam juga telah menginspirasi bangkitnya masyarakat dunia
yang secara agama tidak menjadikan islam sebagai agama resminya.
Kedahsyatan islam yang sangat besar itu tidak lain bersumber dari
Al-Qur’an dan Al Hadits sebagai dua buah pusaka umat islam yang akan abadi
sepanjang zaman. Melalui kedua pusakanya inilah ummat islam bisa terus
melanjutkan risalah Nabi Muhammad SAW, yaitu memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya kepada kehidupan. Al-Qur’an dan Al Hadits ini bagaikan air
menyuburkan yang bisa menyuburkan manusia sebagai tanahnya. Setelah tanah itu
subur, maka manusia melakukan proses zikir, pikir, dan usaha sebaga sebuah
bibit pohon yang kemudian segera bisa memberikan manfaat kepada makhluk lain
setelah bibit itu ditanam di tanah subur sehingga menghasilkan buah.
Buah tersebutlah yang kemudian manusia bisa memberikan kepada
kehidupan. Allah SWT kemudian melalui perumpamaanya “membeli” seluruh buah yang
diberikan manusia kepada masyarakat dengan imbalan yang berlipat ganda. Maka
dari situlah kita mendapat suatu pengertian bahwa keikhlasan semata-mata karena
Allah SWT lah bahwa tolak ukur apakah buah itu berharga atau tidak.
Dari keseluruhan analogi di atas, kita mendapat tiga subjek, yaitu
Al-Qur’an, Al Hadits, dan manusia. Dalam kaitannya antara ketiga subjek
tersebut maka diharuskan bagi manusia (baca: Ummat islam) melakukan usaha
sehingga bisa meng-install-kan Al-Qur’an dan Al Hadits tersebut dalam
dirinya. Tidak hanya itu, manusia juga harus senantiasa melakukan zikir dan
pikir dalam mengolah menginterpretasi Al Qur’an dan Al Hadits tersebut.
Terakhir, manusia jugalah yang harus melakukan usaha untuk menghantarkan buah
yang telah dihasilkannya kepada masyarakat sembari mengusahakan keikhlasan
kepada Allah SWT.
Serangkaian usaha yang dilakukan oleh manusia itulah yang kemudian
kita sebut sebagai ibadah. Serangkaian proses ibadah itulah yang harus
senantiasa diilhami oleh semangat ihsan. Sesuai dengan hadits Nabi SAW sebagai
berikut:
... Lalu orang itu bertanya lagi: “lalu terangkanlah kepadaku
tentang ihsan.” (beliau) menjawab: “Hendaklah engkau beribadah kepada Allah
seolah-olah engkau melihat-Nya. Namun jika engkau tidak dapat (beribadah
seolah-olah) melihat-Nya, sesungguhnya Ia melihat engkau.” ... (HR. Muslim)
Al-Qur’an dan Al Hadits merupakan dua buah pusaka dari ummat islam
yang sangat ampuh dalam melindunginya selama mereka hidup di dunia ini. Namun
demikian, pusaka-pusaka tersebut memerlukan sebuah perawatan agar selalu bisa
digunakan dan tidak “karatan”. Pusaka-pusaka itu bukanlah suatu barang yang
akan keluar kegunaannya hanya dengan disimpan dan disembah. Namun pusaka-pusaka
itu harus dipegang dengan mantap oleh kedua tangan kita dan dipakai untuk
menghiasi jiwa dan raga kita. Dan kemudian melalui proses dzikir dan pikir kita
mengasah kedua pusaka tersebut agar selalu menjadi pusaka yang bisa
dipergunakan di setiap zaman. Oleh karena itu, maka islam sangat menganjurkan
agar ummatnya selalu berpikir dan bertafakur.
Proses berpikir dan bertafakur itulah yang memungkinkan manusia
bisa menghasilkan buah terbaik yang disebut dengan ilmu. Ilmu adalah buah
terbaik yang bisa dihasilkan karena buah ini bersifat tahan lama dan tidak akan
pernah habis melainkan sifatnya selalu bertambah. Oleh karena itulah maka Allah
SWT memberikan derajat yang tinggi kepada mereka yang berilmu. Sesaui dengan
firman-Nya:
... Dan apabila dikatakan: “berdirilah kamu, maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan
orang-oang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Mujaadilah: 11)
Inilah agama islam yang memiliki sumber ajaran dari Al-Qur’an dan
Al-Hadits. Namun kemudian karena kaya dengan makna maka kemudian banyak juga
interpretasi yang dapat dihasilkannya sesuai dengan latar belakang pengetahuan,
konteks zaman, dan lingkungan manusianya. Namun demikian, meskipun
interpretasinya banyak, yang terpenting kita semua tetap dalam koridor yang
sama yaitu mengambil inspirasi dan pelajaran dari Al-Qur’an dan Al-Hadits untuk
kemudian diaplikasikan terhadap kehidupan sehari-hari demi kebaikan bersama.
Justru dengan banyaknya interpretasi itulah maka akan lebih banyak lagi
kebaikan yang akan tercipta. Dan inilah sebagai salah satu pembukti bahwa islam
adalah agama yang sempurna sesuai dengan firman Allah SWT.
... Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan
telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah ku-ridhoi islam itu jadi agama
bagimu... (QS. Al-Maidah: 3)
Tugas
kita sekarang bukanlah untuk membicarakan perbedaan interpretasi itu, tetapi
hal yang harus dilakukan sekarang adalah bagaimana kita untuk terus bisa
berjalan bersama, tetap satu barisan ummat yang dibahasakan Nabi SAW bagaikan
satu tubuh. Sabda Nabi SAW tersebut tentunya bukan suatu hal yang tiba-tiba
dirasakan dan terjadi setelah kita menyatakan ber-islam. Melainkan sebuah
kondisi yang harus diusahakan sehingga kita semua merasa satu tubuh. Oleh
karena itu, tidak mungkin kondisi itu terjadi jika tidak dibangun dengan
silaturrahim, saling berkomunikasi, dan saling membangun kepercayaan serta
kesetiakawanan antar komponen ummat islam. Persatuan ummat inilah yang
memungkinkan kita untuk bisa berkarya lebih besar melampaui batas kemampuan dan
nalar kita sendiri.
Ditulis oleh Qiki Qilang Syachbudy
Ketua Umum HMI Cabang Bogor Periode 2013-2014
Komentar
Posting Komentar