Tidak ada gading yang
tak retak. Pepatah itulah mungkin yang harus kita gunakan untuk memahami
manusia sesuai dengan kodratnya sebagai makhluk yang tidak luput dari benar dan
salah. Begitu pula halnya dalam menyikapi orang-orang yang berjasa dalam
pendirian republik Indonesia ini. Sudah selayaknyalah kita menempatkannya
sebagai manusia seutuhnya sehingga kita tidak terjebak kepada sikap fanatis dan
tidak terjebak pula kepada sikap phobia. Semua para pendiri bangsa banyak
kontroversinya. Bahkan seorang Hatta pun yang selama ini dianggap sebagai tokoh
yang paling bersih, santun, bermartabat, dan sebagainya, ternyata ada saja
kontroversi terhadap sosoknya.
Hal seperti diatas harus sangat bisa difahami oleh
generasi pada zaman ini mengingat dalam perjalanan sejarah perjuangan bangsa
ini sungguh sangat rumit liku-likunya sehingga banyak strategi dan taktik yang
harus dilakukan secepat mungkin tanpa ada waktu untuk menjelaskannya secara
jelas. Kontroversi-kontroversi yang ada hanyalah kemudian bisa terbukti baik
atau buruknya terhadap apa yang ditimbulkannya dimasa yang akan datang. Bukan
kepada teks sejarah saja kita harus melihat, tetapi kita harus bisa melihat
dimensi waktu pada zaman dahulu, sekarang, dan masa yang akan datang.
Berdasarkan dua paragraf di atas itulah kemudian kita
bisa meletakkan Bung Sjahrir ini sebagai orang yang berjasa sekaligus
berfikiran tajam serta bisa melampaui zamannya jauh beberapa abad ke depan.
Terlepas dari segala bentuk kontroversi terhadap
sosoknya. Hal yang terpenting dari sosok Sjahrir adalah mengenai pentingnya
pendidikan sebagai alat untuk pergerakan menuju Indonesia merdeka. Menurut
pendapat Sjahrir, kemerdekaan yang tidak didasari oleh kemampuan intelektual
warga negaranya hanya akan mengakibatkan penjajahan oleh para kaum feodal
terhadap kaum masyarakat yang dianggap rendah kedudukannya. Pendapatnya itulah
yang kemudian beliau ejawantahkan kepada konsep partai PSInya. Melalui
partainya itulah Bung Sjahrir tidak pernah tergiur untuk memperbanyak massa
seperti yang dilakukan oleh partai-partai lainnya. Beliau adalah seorang yang
sangat memegang prinsip yang berkeyakinan bahwa lebih baik kualitas daripada
kuantitas. Sehingga kemudian sejarah membuktikan bahwa orang-orang dari kubu
Bung Cilik ini selalu menjadi jagoan dalam hal keilmuan dan banyak yang
dipercaya sebagai pemangku kebijakan strategis di pemerintahan.
Mengenai perjalan politiknya, banyak hal yang telah ia
torehkan dalam sejarah bangsa ini. Jasa-jasanya sangat dikenal sampai saat ini.
Kelincahan dan kepintarannya pun sudah berhasil membawanya untuk memenangkan
beberapa perundingan dengan pihak penjajah.
Banyaknya pengorbanan yang telah diberikan Bung Sjahrir
ini ternyata tidak membuat hidupnya kemudian senang pada saat kemerdekaan yang
selama ini diusahakannya tercapai. Di akhir hidupnya ia harus merasakan
kepedihan dari pemerintah Negara yang kemerdekaannya sudah ia perjuangkan. Tetapi
penulis pernah membaca bahwa tak sedikitpun ia membenci pemerintahan yang telah
menjauhkannya dari rakyat, atas kebesaran jiwanya beliau sudah memaafkan segala
kehilafan yang telah dilakukan pemerintahan orde lama.
Secara sederhana, pemikiran Bung Sjahrir bertolak kepada
mementingkan kualitas terlebih dahulu daripada kuantitas. Dalam hal ini
tercermin bahwa Bung Sjahrir sangat mementingkan SDM dan memandang bahwa SDM
adalah sesuatu hal yang strategis untuk dimajukan dan dapat menimbulkan efek
multiplier yang sangat tinggi. Mungkin penulis disini sangat lancang untuk
menyederhanakan pemikiran Bung Sjahrir yang sangat luas itu hanya dalam
pendidikan. Tetapi hal ini kemudian bisa dijabarkan lagi lebih jauh dan lebih
dalam dengan teori The Vicious Circle of
Underdevelopment (teori rantai kemiskinan) dalam bukunya G. Myrdal yang
berjudul Asian Drama. Menurut Myrdal,
penyebab Negara terbelakang atau miskin itu disebabkan oleh pendapatan rendah,
kualitas gizi penduduk rendah, kualitas kesehatan penduduk dan pendidikan yang
rendah, dan produktivitas penduduk yang rendah. Begitupun sebaliknya, hal-hal
di ataspun dapat menyebabkan beberapa variable di atas.
Oleh karena itulah pemikiran Bung Cilik ini sangat jenius
dalam hal pengentasan kemiskinan. Karena hanya dengan pendidikanlah transformasi
kependudukan dapat berjalan lebih cepat, lebih baik dan lebih stabil. Terima
kasih Bung atas segala pelajarannya. Semoga ke depan akan banyak orang-orang
seperti anda.
Qiki Qilang Syachbudy
Ketua Umum HMI Cabang Bogor Periode 2013 - 2014
Komentar
Posting Komentar