Sampai saat ini kita mengenal banyak organisasi
ekstrakampus yang mengatasnamakan mengusung nilai-nilai Islam di dalamnya.
Beberapa organisasi yang familiar diantarnya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI),
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
(IMM), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), dan Keluarga Mahasiswa
Nahdlatul Ulama (KMNU).
Organisasi-organisasi tersebut terbentuk atas
dasar keinginan untuk menjadikan Islam sebagai ruh perjuangan demi menjawab
segala permasalahan yang ada di masyarakat. Di dalam organisasi-organisasi ini
mahasiswa bukan hanya dikenalkan dengan ibadah-ibadah yang bersifat ritual,
namun juga dikenalkan dengan ibadah yang bersifat sosial. Islam dijadikan
sebagai sebuah dorongan semangat untuk memberikan manfaat bagi masyarakat.
Melalui organisasi-organisasi ini, mahasiswa
dibiasakan untuk melakukan kerjasama dalam melakukan kebaikan dan dibiasakan
pula untuk memiliki semangat memberi apa saja, baik materi atau nonmateri,
kepada ummat sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Diharapkan dengan
kemampuan kerjasama dan semangat memberi itu kemudian akan tercipta banyak kader
mahasiswa Islam yang setelah berada di sekitar masyarakat mampu menjadi motor
penggerak bagi kemajuan ummat. Dan memang seperti banyak kita saksikan bersama,
gerakan-gerakan kemajuan yang ada di masyarakat banyak dimulai oleh
alumni-alumni dari organisasi mahasiswa Islam ekstra kampus.
Namun demikian, seiring dengan perkembangan
zaman, organisasi-organisasi Islam ini kian surut dari minat mahasiswa. Banyak
faktor yang menyebabkan kurangnya minat mahasiswa, diantaranya adalah semakin
banyaknya organisasi-organisasi yang berkembang di intrakampus, dan sistem
pendidikan yang semakin menuntut mahasiswa untuk ahli di bidangnya
masing-masing serta lulus tepat waktu. Sehingga kemudian organisasi Islam
ekstrakampus semakin tersisihkan dan dianggap asing. Kurangnya minat dari
mahasiswa untuk bergabung dengan organisasi Islam ekstrakampus seharusnya
menjadi sebuah kritik alami bagi organisasi-organisasi Islam yang ada untuk
bisa dinamis dalam menghadapi tuntutan zaman. Karena dalam melakukan sebuah
kebaikan tidak hanya cukup dengan bergerak saja, tetapi juga harus diikuti oleh
taktik dan strategi dalam perjuangannya. Sehingga kemudian pesan yang dibawa
akan sampai dengan baik kepada si penerima pesan.
Organisasi-organisasi Islam ektrakampus tersebut
harus menjadi bangunan yang nyaman bagi tumbuh dan berkembangnya benih-benih
para pejuang ummat. Seperti halnya fungsi masjid yang ada pada zaman Rosullah
SAW, maka bangunan organisasi Islam ekstrakampus ini selain menjadi tempat yang
nyaman juga harus mampu menyediakan inspirasi-inspirasi atau solusi-solusi yang
segar bagi para pengunjungnya. Di saat sedang terjadinya degradasi fungsi
masjid yang ada sekarang maka organisasi-organisasi Islam ekstrakampus harus
mampu terus melestarikan tradisi masjid yang sesungguhnya baik sebagai tempat
diskusi, pendidikan, membuat strategi, bertukar pikiran, dan hal-hal lain yang
berguna bagi perkembangan ummat ke depan.
Organisasi Islam ekstrakampus harus menjadi
organisasi yang dinamis dalam menghadapi perkembangan zaman. Hal yang kemudian
kadang menjadi faktor penghambat adalah karena alat baca yang digunakan oleh
organisasi Islam ekstrakampus tersebut masih menggunakan alat baca tahun 60’ an
sehingga orang-orang yang masuk ke dalamnya serasa sedang melakukan perjalanan
sejarah atau sedang melakukan romantisme di tahun 60’an.
Organisasi Islam ekstrakampus ke depan seharusnya
menjadi sebuah bangunan mesjid yang megah dimana bukan saja sebagai tempat
untuk berkontemplasi dan menggalang kekuatan bersama tetapi juga sebagai
“bidan” bagi para anggotanya dalam menemukan jati dirinya. Kita tentunya rindu
akan sosok negarawan seperti Bung Hatta, Bung Sjahrir, atau KH. Agus Salim yang
semasa kecilnya dibesarkan di surau-surau. Kita juga tentunya rindu dengan
sosok Bung Karno dan Tan Malaka yang dibesarkan di rumah besar HOS
Tjokroaminoto. Kita juga tentunya rindu dengan tokoh-tokoh negarawan yang
bertebaran namanya di sepanjang sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Pada
dasarnya mereka memiliki ghiroh seperti itu karena adanya sentuhan nurani
dimana bathinnya dikenalkan kepada permasalahan-permasalahan ummat melalui
proses membaca, berkumpul, berdiskusi, dan berfikir.
Organisasi Islam ekstrakampus memiliki peluang
dalam melahirkan negarawan-negarawan baru yang sesuai dengan konteks perjalanan
bangsa saat ini. Semangat Islam merupakan satu senjata yang sangat ampuh dan
teruji dalam membaca perkembangan zaman. Hanya kadang senjata itu tidak
dipergunakan dengan baik sehingga organisasi yang seharusnya megah menjadi
sempit dan tidak dinamis.
Qiki Qilang Syachbudy
Ketua Umum HMI Cabang Bogor Periode 2013 - 2014
Komentar
Posting Komentar