Langsung ke konten utama

MASA DEPAN HMI KITA


Enam puluh tujuh tahun sudah organisasi yang bernama Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) berdiri. Hiruk pikuk sejarah sudah dilaluinya dengan penuh hikmah sehingga menghasilkan pengalaman batin yang matang. Jika dianalogikan, HMI adalah sosok manusia yang tidak saja sanggup hidup dalam berbagai zaman, namun juga memiliki kemampuan berdialog terhadap lintas zaman dan lintas generasi yang dilaluinya. Ibarat seorang guru besar arsitek pembangunan ummat, dia mampu membuat dan melahirkan para kader yang sesuai dengan kebutuhan konteks zamannya di masa depan. Seolah HMI memiliki jargon “kita berbuat hari ini untuk masa depan”. 

Bangunan HMI sekarang memang terlihat megah sehingga siapapun yang memasuki bangunan ini bukan hanya merasakan kemegahannya tetapi juga merasa “tiba-tiba terbawa megah”. Sehingga kadang lupa bahwa siapapun yang memasuki bangunan ini memiliki tugas sejarah yang penting dalam ikut andil menambah kemegahannya. Karena kemegahan bangunan ini pada dasarnya hasil dari patungan (wakaf) waktu, tenaga, keringat, dan materi para pendahulunya pada saat mereka sama-sama sedang menyandang status sebagai mahasiswa.

Sungguh hebat, suprastruktur HMI yang sangat megah dan kokoh ini ternyata hasil dari produk pikiran mahasiswa yang terus saling sambung menyambungkan cita-cita dari generasi ke generasi. Maka jika saja dibedah satu per satu cita-cita kader HMI maka akan terlihat bahwa semuanya memiliki satu tujuan yang maha agung yaitu Negara Indonesia yang baldatun toyyibatun wa robbun ghafur yang senantiasa berada dalam ruang ridho Allah SWT. Di dalam kebesaran Indonesia itu kita berharap bahwa nilai Islam selalu menjadi denyut pendorong kemajuannya sehingga Islam besar di dalam Indonesia yang besar. 

Enam puluh tujuh tahun sudah HMI senantiasa mengawal kemajuan bangsa Indonesia yang selalu bergerak maju dan semakin modern. Di HMI para kadernya disuguhkan dengan cara pandang yang positif dan kritis terhadap proses kemajuan-kemajuan bangsa sehingga mereka bukan saja hanya bisa mengawal kemajuan, tetapi juga mampu mengoreksi dan mengusahakan kemajuan-kemajuan dengan cara lain yang sesuai dengan bathin masyarakat Indonesia.

Sepanjang sejarah berdialog tersebut tentunya tidak selalu menuai pujian. Banyak hal-hal yang kemudian membuat HMI kadang harus terhempas dari hati dan penglihatan ummat. Tetapi itulah jalan perjuangan yang selalu saja ada kerikil, onak dan durinya. Tentu saja hal tersebut bila dipandang secara positif akan menghasilkan sebuah kedewasaan yang luar biasa. Justru kemudian kerikil, onak dan duri tersebut adalah sebuah kawah candradimuka yang membuat para penghuninya semakin kuat, semakin sakti, dan semakin memiliki mental-spiritual yang sama kuatnya dengan urat kawat balung wesi-nya Gatot Gaca. Semakin ditempa semakin menjadi, semakin diasah semakin tajam.

Di usianya yang ke-67 tahun ini sudah lengkap rasanya pengalaman HMI dalam medapat cacian atau pujian. Sehingga kemudian semakin menyadarkan para kadernya bahwa cacian ataupun pujian itu tidak akan pernah menyurutkan langkah gerak HMI. Yang terpenting selalu berjalan di atas syukur dan ikhlas maka insyaAllah kita akan bertemu pada ujung Yakin Usaha Sampai. Semangat tersebutlah yang pada dasarnya diperlukan dari seorang muslim, dengan semangat ke-Islamannya, ikut serta dalam proses tinggal landas pembangunan nasional.

Tantangan sejarah yang dihadapi HMI ke depan akan semakin kompleks dan berat. Maka diperlukan sebuah alat baca yang canggih dalam proses pergerakannya. Maka tentunya alat baca yang paling canggih tersebut sebenarnya sudah ada di dalam konstitusi HMI, yaitu Al Qur’an dan Al Hadits. Maka alangkah bijaksana bila segala kritikan dan cacian terhadap HMI selama ini dianggap sebagai sebuah nasihat yang santun dan alami dari masyarakat untuk kembali mendalami, mengjayati dan menggali nilai-nilai Islam dalam mengisi ruang-ruang semangat jiwa para kader sehingga mereka pada akhirnya sanggup menjadi para penerus risalah Muhammad SAW dan berbuat untuk ummat dengan menampilkan wajah Islam yang rahmatan lil ‘alamin.


Qiki Qilang Syachbudy
Ketua Umum HMI Cabang Bogor.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

APA DAN BAGAIMANA SETELAH MASUK HMI? (Sesi Wawancara dengan Ketum HMI Cabang Bogor)

                    Pada kesempatan ini kami sengaja kembali menghadirkan sesi wawancara khusus dengan ketua umum HMI Cabang Bogor periode 2013-2014, Bang Qiki Qilang Syachbudy. Wawancara ini sengaja dilakukan karena banyaknya pertanyaan baik dari kader ataupun masyarakat umum tentang apa dan bagaimana yang harus dilakukan setelah menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Berikut adalah wawancaranya.

HMI-WAN BOGOR TERIMA APRESIASI DARI IPB SEBAGAI INOVATOR

BOGOR – Putra Ansa Gaora, HMI-wan asal Cabang Bogor bersama tim menerima anugerah berupa penghargaan dan apresiasi lewat inovasi "Jakarta Anti Galau" (JAGAU) yang dibuat bersama tim, yakni  M Prayoga Sunandar, M Joffy Mahardika dan Andri Nur Rachman. Inovasi ini berhasil menjadi salah satu dari 109 Inovasi Indonesia 2017 109 Inovasi Indonesia ini sendiri dikeluarkan oleh Business Innovation Center (BIC). Apresiasi untuk inovator IPB dilaksanakan di IPB Convention Center (ICC), Bogor (10/12/2017). Ansa yang juga menjabat sebagai Ketum komisariat Diploma IPB ini juga mengatakan, dia dan tim sempat kaget ketika menerima pengumuman karena melihat karya yang lulus hanya tim mereka yang dari kalangan mahasiswa selebihnya adalah karya dosen, baik yang sudah bergelar Profesor maupun Doktor. "Karya kami yang masih belum seberapa ini dapat bersaing dengan inovasi dan hasil penelitian yang dilakukan oleh profesor dan doktor. Apalagi inovasi tim kecil yang masih haru...

Melacak Perpecahan HMI Dipo Dan HMI MPO

sumber:  www.gemaislam.com Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) adalah sebuah organisasi yang didirikan oleh Lafran Pane dan kawan kawan pada tahun 1947 yang dilatar belakangi rasa keprihatinan melihat umat islam dan bangsa yang terkotak-kotak dalam beberapa golongan. Setidaknya ada 3 hal yang menjadi kata kunci menjelang lahirnya HMI, yakni umat, bangsa dan mahasiswa.