Akhir – akhir ini kita disuguhkan dengan nada –
nada pesimis orang-orang yang memandang keberadaan organisasi Himpunan
Mahasiswa Islam. Tidak jarang kita sebagai kader dibuatnya minder dan
tersinggung ketika ada yang bernada sinis terhadap himpunan kita ini. Sinis
yang tidak membangun dan keblinger yang kadang datang dari orang yang kita
hormati dan kita cintai. Tapi tidak apalah, sebab jalan perjuangan dan dakwah
itu sifatnya terjal dan banyak berduri. Namun demikian, kita selaku kader HMI
harus selalu senantiasa optimis dan besar hati karena kita telah ditakdirkan
sebagai ummat Nabi Muhammad SAW dan kita memiliki tugas mulia Beliau sebagai
penerus estafet sejarah untuk selalu hadir di tengah-tengah ummat membawa
risalah kebaikan dan kebermanfaatan. Kita harus selalu percaya bahwa jalan
perjuangan tidak akan pernah sunyi.
Lalu apakah sebabnya HMI harus terus hadir di
setiap kampus? Untuk mempermudah pemahaman kita semua, maka saya akan
menganalogikannya sebagai berikut:
Ibarat seorang manusia yang bodoh dan lemah maka
Allah SWT memberikan ilmu pengetahuan kepada manusia sebagai sebuah alat hidup
sehingga manusia bisa mengemban tugasNya sebagai khalifah di muka bumi. Dengan
ilmu tersebut maka manusia kemudian bisa menggali gunung, menembus ruang
angkasa, dan menyelam sampai ke dasar samudera. Jika diibaratkan sempit bahwa
ilmu itu sebuah alat hidup seperti halnya pedang, maka kemudian Allah SWT
berikan pedang itu kepada manusia sebagai bekalnya untuk hidup, mempertahankan
diri, membangun, dan menghidupi orang lain selama pengembaraannya di muka bumi.
Lalu pertanyaannya, bagaimana fungsi pedang itu
supaya bisa sesuai dengan kehendak dari Sang Maha Pencipta? Sedangkan di dalam
hati manusia Allah SWT mengilhamkan kebaikan dan keburukan? Maka disinilah Dia
membimbing hati manusia ini dengan wahyu, baik yang secara tertulis dan tidak
tertulis. Dari wahyu tersebutlah maka manusia mendapatkan ilham kebaikan
sehingga bisa menggunakan pedang tersebut kepada hal-hal yang baik dan membangun,
sesuai dengan kehendak dari Yang Maha Berkehendak. Pedang itu kita gunakan
untuk kebaikan diri dan kebaikan ummat manusia.
PERTANYAAN BESAR SELANJUTNYA ADALAH, DIMANAKAH
POSISI HMI DALAM BAGIAN SKENARIO ANALOGI TERSEBUT?
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) melalui tujuannya
yang berbunyi “Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan
Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang
diridhoi Allah SWT” merupakan sebuah organisasi yang berazaskan Islam yang
selalu berusaha menggiring para kadernya untuk cinta ilmu pengetahuan, dan
melalui ilmu pengetahuannya tersebut mereka bisa mencipta dan mengabdi kepada
masyarakat atas dasar syukur dan ikhlas semata-mata hanya mengharap ridho Allah
SWT.
Dengan kata lain maka di HMI, para kadernya
tersebut diinstall dan dibangunkan jiwanya kembali untuk bisa memahami api
Islam yang sesungguhnya sehingga mereka bisa merebut kembali kejayaan Islam di
masa yang akan datang melalui ilmunya.
Di HMI kita biasakan untuk terus membaca berbagai
macam buku dan belajar kepada siapapun sehingga mereka tidak memiliki pemahaman
sempit dan berkacamata kuda. Sebab di dalam pandangan yang sempit tersebut
biasanya manusia mudah dibodohi dan diperalat oleh orang lain. Seorang kader
HMI ditempa untuk menjadi seorang gentleman dalam setiap tingkah lakunya, yaitu
menyatakan benar terhadap yang benar, menyatakan salah terhadap yang salah, dan
mengakui jika dirinya salah, dengan terus bersandar kepada ilmu pengetahuan
yang terbimbing oleh wahyu.
Maka tidaklah salah jika penulis disini
menganalogikan HMI sebagai sebuah software jiwa yang harus terinstall kepada
setiap mahasiswa di perguruan tinggi pada umumnya sehingga mereka bisa
menggunakan pedang (baca: ilmu pengetahuan) mereka kepada kebaikan. Tidak hanya
itu, HMI juga bisa dijadikan sebuah alat asah untuk mempertajam mata pedang
sehingga pedang tersebut bisa jitu dan makin sakti.
Maka di akhir tulisan ini saya ingin menegaskan
kembali bahwa HMI harus selalu hadir di dalam bagian proses pendidikan di setiap
perguruan tinggi. Karena olah intelektual dan dan api Islam tidak akan bisa
timbul hanya dari metode-metode ceramah melainkan dari pergulatan pemikiran dan
dialog dimana para mahasiswa itu diberikan keleluasaan untuk bisa berpikir
secara mandiri, memutuskan sendiri, dan memaknai dirinya sendiri sebagai bagian
dari kesatuan ummat yang akan memperkokoh kemajuan bangsa dan Negara di masa
yang akan datang. Sehingga kemudian melahirkan naiknya harkat dan martabat
bangsa di dunia internasional.
Karena kita tidak ingin mahasiswa ini hanyalah
seorang mahasiswa biasa, tetapi mahasiswa yang bisa hadir dalam kehidupan,
mentransformasi masyarakat seperti halnya para pejuang.
Qiki Qilang Syachbudy
Ketua Umum HMI Cabang Bogor
Periode 2013-2014
Komentar
Posting Komentar